-->

Profil Tokoh Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Perang Salib - Lengkap

Kali ini infojempol akan mensajikan profil tokoh tokoh dalam Perang Salib. Tokok tersebut dari berbagi agama, infojempol menyusunnya sedemikian hingga supaya mudah untuk di copas dan dijadikan teferensi bagi tugas sekolah aataupun kuliah, mayoritas dari profilnya ini infojempol ambilkan dari wikipedia, langsung simak saja sobat

Pengertian Perang Salib
(Perang Salib) adalah sebuah istilah modern yang berasal dari kata Perancis croisade dan Spanyol cruzada; pada tahun 1750 bentuk-bentuk dari kata "crusade" telah terbentuk sendiri dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman.Oxford English Dictionary mencatat penggunaannya pertama kali dalam bahasa Inggris oleh William Shenstone pada tahun 1757. Ketika seorang tentara salib mengucapkan suatu sumpah (votus) untuk pergi ke Yerusalem, ia akan menerima sehelai kain salib (crux) untuk dijahitkan di pakaiannya. Hal "mengenakan salib" ini menjadi terkait dengan keseluruhan perjalanan, dan para tentara salib memandang diri mereka melakukan suatu iter (perjalanan) atau peregrinatio (ziarah bersenjata). Inspirasi akan "mesianisme kaum miskin" ini merupakan suatu pengilahian (apotheosis) massal yang diharapkan di Yerusalem.

Perang Salib (bahasa Inggris: Crusade, jamak: Crusades) merupakan serangkaian kampanye militer berselang dari tahun 1096 sampai 1487 yang disahkan oleh beberapa paus. Pada tahun 1095 Kaisar Bizantium Alexius I Komnenus mengirimkan seorang utusan kepada Paus Urbanus II untuk meminta dukungan militer dalam konflik Kekaisaran Romawi Timur dengan bangsa Turk yang melakukan migrasi ke arah barat di Anatolia (Turki masa kini).Sang paus menanggapinya dengan memanggil umat Katolik untuk bergabung dengan apa yang kemudian disebut sebagai Perang Salib Pertama. Salah satu tujuan yang dinyatakan oleh Paus Urbanus adalah menjamin akses para peziarah ke tempat-tempat suci di Tanah Suci yang berada di bawah kendali penguasa Muslim, sementara strateginya yang lebih luas yaitu menyatukan kembali cabang-cabang Timur dan Barat dari dunia Kekristenan setelah perpecahan mereka pada tahun 1054, serta menetapkan diri sebagai kepala Gereja yang dipersatukan. Hal ini mengawali suatu perjuangan yang kompleks selama 200 tahun di wilayah tersebut. (Source:wikipedia)

1.Sultan Saladin (Saladin Al Ayyubi)

Dia dikenal sebagai raja, panglima perang yang jago strategi, pemimpin umat, dan sekaligus sosok yang santun dan penuh toleransi. Banyak manuskrip yang mencatat "Saladin Sang Raja Mesir" (Saladin, King of Egypt) sebagai simbol kekuasaan Eropa. Namanya tidak bisa dilepaskan dari Sejarah Perang Salib yang membawa kejayaan Islam, namun tanpa menindas kaum Kristiani.

Sultan Saladin lahir dengan nama Salahidun Yusuf Ibn Ayyub di Tikrit, dekat Sungai Tigris dari sebuah keluarga Kurdi. Ia dikirim ke Damaskus, Suriah, untuk menimba ilmu. Selama sepuluh tahun ia berguru pada Nur ad-Din (Nureddin). Setelah berguru ilmu militer pada pamannya, seorang negarawan Seljuk dan pimpinan pasukan Shirkuh, ia dikirim ke Mesir untuk menghadang perlawanan Kalifah Fatimiyah tahun 1160. Ia sukses dengan misinya yang membuat pamannya duduk sebagai wakil di Mesir pada tahun yang sama.

Saladin memperbaiki perekonomian Mesir, mengorganisasi ulang kekuatan militernya, dan mengikuti anjuran ayahnya untuk tidak memasuki area konflik dengan Nur ad Din. Sepeninggal Nur ad Din, barulah ia mulai serius memerangi kelompok Muslim sempalan dan pembrontak Kristen. Dia bergelar Sultan di Mesir dan menjadi pendiri Dinasti Ayyubi serta mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir.

Terlibat dalam Perang Salib
Dalam dua kesempatan, tahun 1171 dan 1173, Saladin diinvasi Kerajaan Kristen Jerusalem. Nur ad Din saat ini berniat membalas serangan. Namun Saladin berpendapat bahwa mereka harus kuat terlebih dulu. Sepeninggal Nur ad Din, Saladin menjadi penguasa Damaskus. Ia menikahi janda Nur ad Din dan menaklukkan dua kota penting Aleppo dan Mosul yang dulu selalu gagal ditaklukkan Nuraddin.

Namun ia menjadi penguasa yang bersahaja. Sedapatnya, ia selalu menghindari pertumpahan darah, apalagi darah warga sipil. Saat menaklukkan Aleppo, 22 Mei 1176, nyawanya nyaris melayang karena usaha pembunuhan. Ia melakukan konsolidasi di Suriah sambil sebisa mungkin menjaga agar jangan sampai tumpah perang dengan pasukan salib sebesar apapun provokasi dari pasukan salib. Misalnya, ia masih belum bereaksi saat Raynald of Chatillon mengusik aktivitas perdagangan dan perjalanan ibadah haji di Laut Merah, wilayah yang menurut Saladin harus selalu menjadi wilayah bebas. Puncaknya adalah saat penyerangan terhadap rombongan karavan jamaah haji tahun 1185. Saladin meradang. Juli 1187, Saladin menyerang Kerajaan Jerusalem dan terlibat dalam pertempuran Hattin. Ia berhasil mengeksekusi Raynald dan rajanya, Guy of Lusignan.

Dia kembali ke Jerusalem 2 Oktober 1187, 88 tahun setelah kaum Salib berkuasa. Berbagai medan pertempuran dilaluinya, dengan satu pesan yang sama kepada pasukannya; minimalkan pertumpahan darah, jangan melukai wanita dan anak-anak. Perang Salib III menelan biaya yang tak sedikit dari kubu Kristen. Inggris mengucurkan dana bantuan yang dikenal dengan istilah 'Saladin Tithe' (Zakat melawan Saladin). Dalam satu pertempuran, ia berhadap-hadapan dengan King Richard I dari Inggris di medan perang Arsuf tahun 1191.

Di luar perkiraan kedua pasukan, Saladin dan King Richard I saling berjabat tangan dan menghormat satu sama lain. Bahkan saat tahu pimpinan pasukan musuhnya itu sakit, Saladin menawarkan bantuan seorang dokter terbaik yang dimiliki Damaskus. Begitu juga saat tahu Richard kehilangan kuda tunggangannya, ia memberikan dua ekor sebagai gantinya.

Di medan itu, keduanya sepakat berdamai. Bahkan adik Richard dinikahkan dengan saudara Saladin. Tak lama setelah kepergian Richard, Saladin wafat pada tahun 1193 di Damaskus. Saat kotak penyimpanan harta Saladin dibuka, ahli warisnya tidak menemukan cukup uang untuk membiayai pemakamanannya: ia selalu mendermakan hartanya kepada kaum yang membutuhkan. Kini makamnya menjadi salah satu tempat tujuan wisata utama di Suriah.

Nama Saladin harum di seantero dunia hingga kini. Bukan hanya kalangan Muslim, kalangan non-Muslim juga sangat menghormatinya. Satu yang dicatat dalam buku-buku sejarah: ketika pasukan Salib menyembelih semua Muslimin yang ditemui saat mereka menaklukkan Jerusalem, Saladin memberikan amnesti dan kebebasan bagi kaum Katolik Roma begitu ia menaklukkan Jerusalem.

Yang lain juga baca tentang: Yakuza-Sejarah Berdirinya Yakuza (The Biggest Gangster of Japan)

2. Richad I (Richard The Lion Heart)

Richard I (8 September 1157 – 6 April 1199) adalah Raja Inggris dari 6 Juli 1189 sampai kematiannya pada 6 April 1199. Dia juga memerintah sebagai Duke of Normandy (sebagai Richard IV), Duke of Aquitaine, Duke of Gascony, Lord of Cyprus, Count of Anjou, Count of Maine, Count of Nantes, and Overlord of Brittany pada berbagai waktu di periode yang sama. Ia adalah anak ketiga dari Henry II dari Inggris dan Aliénor dari Aquitania, dan merebut tahta Inggris dari ayahnya dengan bekerja sama dengan Phillip II dari Perancis pada tahun 1189. Ia sering dijuluki Richard sang Hati Singa (Inggris: Richard the Lionheart, Perancis: Richard Cœur de Lion) karena keberaniannya. Orang-orang Arab memanggilnya Malik al-Inkitar (Raja Inggris).

Richard I terkenal sebagai salah satu tokoh dalam Perang Salib, di mana salah satu keberhasilannya dalam perang tersebut adalah merebut Siprus untuk mendukung pasukan Perang Salib. Setelah sampai di Acre, Richard kemudian merebut Kota Acre pada tahun 1191 dan kemudian Richard mulai mengarahkan Pasukannya untuk menyerbu Yerusalem. Pasukan Richard berjalan melalui garis pantai antara kota Acre dan Jaffa ketika perjalanan menuju Kota Jaffa pasukan Richard dihadang pasukan Saladin dan terjadilah pertempuran didekat kota Arsuf yang dimenangkan Richard dan memaksa Saladin mundur ke Yerusalem untuk bertahan. Richard akhirnya memasuki kota Jaffa tanpa perlawanan karena kota sudah dibakar oleh Saladin.

Richard berbicara dengan bahasa langue d' oïl, dialek Perancis, dan Occitan, bahasa romantis digunakan di Perancis Selatan dan daerah sekitarnya. Dia tinggal di Duchy of Aquitaine miliknya di baratdaya Perancis. Dia hanya menghabiskan sekitar 6 bulan di Inggris, dia lebih memilih untuk menggunakan kerajaannya sebagai sumber pendapatan untuk mendukung pasukannya. Dia dipandang sebagai pahlawan saleh oleh rakyatnya, dan dia adalah tokoh ikonik abadi di Inggris dan Perancis (Source:wikipedia)

3. Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih)

Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: محمد ثانى Meḥmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفاتح), "sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki; 30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).

Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepemimpinannya serta taktik dan strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaidah pemilihan tentaranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq.

Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.

Masa awal kekuasaan
Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, yang saat itu merupakan Ibu Kota Utsmaniyah. Ia merupakan anak dari Sultan Murad II (1404-51) dan Valide Sultan huma Hatun. Sultan Murad II memberikan fasilitas pendidikan yang sangat tinggi. Banyak guru yang mendidiknya, namun yang paling dekat dengannya adalah Syaikh Aaq Syamsuddin.


Sesuai kebiasaan dalam Kekhalifahan Utsmaniyah kala itu, Mehmed II dikirim untuk memimpin dan mencari pengalaman di sebuah kota bernama Amasya saat ia berusia sebelas tahun. Tidak lama kemudian, tepatnya saat Mehmed II berusia 12 tahun, ayahnya mengundurkan diri dari posisi Sultan, dan mengangkat Mehmed II sebagai penggantinya. Pemikiran Sultan Murad II sangat terpengaruh oleh pemikiran ulama-ulama Islam kala itu, khususnya oleh pemikiran penasihat terdekatnya, Molla Gurani, serta Ak Semseddin, yang di kemudian hari mendorongnya untuk menaklukkan kota Konstantinopel.

Pada tahun pertama ia berkuasa, Mehmed II langsung diserang kekaisaran Hungaria yang melanggar perjanjian gencatan senjata. Dengan segera Mehmed II meminta ayahnya untuk kembali menjadi Sultan dan memimpin pasukan. Namun ayahnya menolak karena telah memutuskan untuk menjalani hidup tenang di Barat Daya Anatolia. Mehmed II yang marah kemudian mengirimkan surat kepada ayahnya: "Bila ayah adalah Sultannya, datanglah dan pimpinlah pasukan ayah. Bila aku adalah Sultannya, aku memerintahkan ayah untuk datang dan memimpin pasukanku." Murad II tergugah, datang membantu, dan memenangkan Pertempuran Varna yang dimulai pada tanggal 10 November, tahun 1444.

Baca juga: Sejarah Gerakan Pramuka Indonesia

Usaha Sultan dalam menaklukkan Konstantinopel
Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu kota termasyhur dunia. Kota ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Kota ini didirikan tahun 330 M oleh Raja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan pada masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.

Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H pada zaman Mu'awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu 'Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk pada zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.

Awal kurun ke-8 Hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi napas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat pada zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung kota itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinopel secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.

Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan napas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Konstantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak dia, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.

Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan dia mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika dia naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota tersebut. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para 'ulama terulung pada zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma'il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah mengirim beberapa orang 'ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia mengirim Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan izin kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.

Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini sangat berkesan pada diri Amir Muhammad, lantas setelah itu dia terus menghapal Al-Qur'an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Syamsuddin merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur'an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.

Syeikh Syamsyuddin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Konstantinopel. Ketika naik tahta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Syamsyuddin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun dilakukan. Sultan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur'an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentara dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.

Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.

Penaklukan di Asia
Setelah penaklukan Konstantinopel, Mehmed II mengalihkan perhatiannya kepada Anatolia. Mehmed II berusaha untuk membuat suatu kekuatan politik di Anatolia dengan menaklukkan negara Turki bernama Beyliks dan Kekaisaran Trebizond yang berbudaya Yunani. Untuk itu, ia telah beraliansi dengan Kerajaan Krimea. Sebelumnya Anatolia sudah disatukan oleh Bayezid I 50 tahun sebelum apa yang dilakukan oleh Mehmed II. Akan tetapi, pada pertempuran Ankara, Anatolia kembali terpecah belah. Penaklukan Anatolia atas Kesultanan Utsmaniyah membuat kesultanan ini menjadi semakin menekan Eropa.(Source:wikipedia)

4.Friedrich I, Friedrich Barbarossa (Kaisar Romawi Suci)

Friedrich I (1122 – 10 Juni 1190), juga dikenal sebagai Friedrich Barbarossa, merupakan seorang Kaisar Romawi Suci dari tahun 1155 sampai kematiannya. Ia terpilih sebagai Raja Jerman di Frankfurt pada tanggal 4 Maret 1152 dan dimahkotai di Aachen pada tanggal 9 Maret 1152. Ia menjadi Raja Italia pada tahun 1155 dan dimahkotai sebagai Raja Romawi oleh Paus Adrianus IV pada tanggal 18 Juni 1155. Dua tahun kemudian, istilah sacrum ("suci") pertama kali muncul di dalam dokumen yang berhubungan dengan Kekaisarannya. Ia kemudian secara resmi dimahkotai sebagai Raja Borgogne, di Arles pada tanggal 30 Juni 1178. Ia mendapat julukan Barbarossa dari kota-kota Italia utara yang ingin dikuasainya: Barbarossa berarti "berjenggot merah" di dalam Bahasa Italia;[2] di Jerman, ia dikenal sebagai (Bahasa Jerman: Kaiser Rotbart), yang memiliki arti yang serupa.

Sebelum pemilihan kekaisaran, Friedrich adalah ahli waris gelar Adipati Swabia (1147–1152, sebagai Friedrich III). Ia adalah putra Adipati Friedrich II dari Wangsa Hohenstaufen dan Judith, putri Heinrich IX dari Bayern, dari saingannya, Wangsa Guelf. Oleh karena itu, Friedrich adalah keturunan dari dua keluarga terkemuka di Jerman, yang membuatnya terpilih sebagai Raja-pemilih Kekaisaran.

Para sejarahwan menganggapnya sebagai salah satu Kaisar Romawi Suci terhebat dari abad pertengahan. Ia menggabungkan kualitas-kualitas yang membuatnya hampir seperti manusia super di jamannya: panjang umurnya, ambisinya, keterampilannya yang luar biasa di dalam organisasi, ketangkasannya di medan perang serta politiknya yang bagus. Dari sumbangan-sumbangannya untuk masyarakat Eropa Tengah dan budaya termasuk membentuk kembali Corpus Juris Civilis, atau hukum pemerintahan Romawi, yang mengimbangi kuasa kepausan yang mendominasi negara Jerman sejak penyimpulan Kontroversi Penobatan. (Source:wikipedia)

Mulai berkuasa
Bersemangat untuk mengembalikan Kekaisaran ke posisi yang ditempati oleh Charlemagne dan Otto I, Kaisar Romawi Suci, raja yang baru menyaksikan dengan jelas bahwa pemulihan ketertiban di Jerman adalah awal yang diperlukan untuk menegakkan hak kekaisaran di Italia. Mengeluarkan perintah umum untuk perdamaian, ia membuat konsesi mewah untuk para bangsawan.[13] Di luar negeri, Friedrich campur tangan di dalam perang saudara Denmark di antara Svend III Grathe dan Valdemar I dari Denmark[14] dan memulai beberapa negosiasi dengan Kaisar Romawi Timur, Manouel I Komnenos.[15] Mungkin pada sekitar saat itu raja memperoleh persetujuan kepausan untuk membatalkan pernikahannya yang tidak membuahkan keturunan dengan Adela dari Vohburg, dengan alasan pertalian darah (kakek moyangnya adalah saudara nenek moyang Adela, yang menjadikan mereka sepupu keempat, setelah dihapus). Ia kemudian gagal berupaya untuk mendapatkan calon mempelai dari istana Konstantinopel. Pada kenaikan takhtanya, Friedrich telah membicarakan kabar-kabar pemilihannya kepada Paus Eugenius III, namun mengabaikan untuk meminta konfirmasi kepausan. Pada bulan Maret 1153, Friedrich menyimpulkan perjanjian Constance dengan......[lanjut baca]


5. Pangeran Wallachia (Vlad III Dracula)

Vlad III, Pangeran Wallachia (kr. 1431 – Desember 1476), dikenal sebagai Vlad Ţepeş (bahasa Rumania: Vlad Țepeș diucapkan [ˈvlad ˈt͡sepeʃ] atau Dracula (dalam bahasa Indonesia seringkali diubah menjadi Drakula), adalah pangeran Wallachia yang berkuasa pada tahun 1448, lalu pada 1456 hingga 1462 dan pada tahun 1476.

Dalam sejarah, Vlad terkenal akan perlawanannya terhadap ekspansi Kesultanan Utsmaniyah dan hukuman kejam yang ia berlakukan pada musuh-musuhnya.

Vlad III terkenal karena menginspirasi nama karakter vampir pada novel Bram Stoker tahun 1897, Drakula.

Nama
Nama balakangnya Drăculea (juga disebut "Drakulya"), berdasarkan beberapa dokumen, berarti "anak sang naga", karena ayahnya, Vlad II Dracul, yang menerima julukan tersebut karena ia telah bergabung dengan Ordo Naga (Order of the Dragon). Dracul, berasal dari bahasa Latin Draco, berarti "dragon", adalah berasal dari kata dalam bahasa Yunani Δράκων (Dracon). Dalam bahasa Rumania, Drac berarti "iblis".

Julukan berikutnya, "Țepeș" ("Penyula") berasal dari kegemarannya menghukum orang dengan cara disula. Dalam bahasa Turki Ottoman, ia dikenal dengan nama "Kazıklı Voyvoda" yang berarti "Pangeran Penyula".

Selama hidupnya, ia menuliskan namanya pada setiap dokumen dengan nama Wladislaus Dragwlya atau Drakwlya.

Masa muda
Vlad lahir di Sighișoara (Hungaria: Segesvár), Transylvania (bagian dari kerajaan Hungaria), pada musim dingin tahun 1431 dari Vlad II Dracul, dan merupakan cucu dari Mircea the Elder. Ibunya diyakini merupakan istri kedua dari ayahnya, Putri Cneajna dari Moldavia, anak sulung dari Alexandru cel Bun.. Dia memiliki dua kakak tiri, Mircea II dan Vlad Călugărul, dan adik tiri, Radu cel Frumos.

Pada saat dia lahir, ayahnya yang mendapat julukan the Dragon (bahasa Rumania: Dracul) sedang dalam perjalanan ke Nuremberg untuk kepentingan Ordo Naga. Pada saat berumur lima tahun, Vlad diterima menjadi anggora Ordo.

Vlad dan Radu menghabiskan waktu kecilnya di Sighișoara dalam didikan ibunya dan istri ayahnya yang lain. Pasa masa awal kekuasaan ayahnya, ayahnya mengajak anak-anaknya ke Târgoviște, ibukota Wallachia pada saat itu.

Menurut ahli sejarah, di Târgoviște, anak-anak Vlad II Dracul dididik oleh guru-guru Roman atau Yunani dari Konstantinopel. Vlad diyakini mempelajari keahlian bertempur, geografi, matematika, sains, bahasa (Bulgaria Tua, Jerman, Latin), dan seni klasik serta filosofi

Hidup di Edirne, Turki
Pada tahun 1436, Vlad II Dracul naik takhta, kemudian digulingkan pada 1442 oleh faksi saingannya yang bersekutu dengan Hongaria, namun dia berhasil mendapatkan jaminan dari kesultanan Ottoman untuk mendapatkan takhtanya kembali dengan syarat akan membayar upeti kepada Sultan.

Pada saat Usia 13 tahun Vlad III dan Radu diserahkan ke Ottoman, untuk dididik dalam logika, Islam, dan bahasa Turki serta karya sastra. Dia akan berbicara bahasa ini dengan fasih dalam tahun-tahun berikutnya. Meskipun mendapatkan pendidikan, Vlad sama sekali tidak senang berada di tangan Turki. Dia marah dan sangat cemburu kepada adik kecilnya, yang segera mendapat julukan Radu cel Frumos, atau Radu yang Tampan. Karena sifatnya yang kasar kepada pada instrukturnya dan wataknya yang keras kepala maka Vlad III dipenjara dan dihukum cambuk dan dipukul, dimana adiknya, Radu berperilaku baik dan cepat memperoleh persahabatan anak Sultan. Radu kemudian memeluk agama Islam, dan bersahabat dengan anak Sultan Murad II, Mehmed II (kemudian dikenal dengan nama Al-Fatih atau "Sang Penakluk"), dan diperkenankan masuk ke dalam pergaulan kesultanan Ottoman dan menyandang gelar Bey.

Hal ini diduga kuat menjadi dasar mengapa Vlad begitu bencinya dengan Ottoman, Janissary (pasukan elit kesultanan Ottoman), adiknya Radu yang memeluk agama Islam dan pangeran Ottoman Mehmed II (yang di kemudian hari menjadi sultan). Vlad juga iri dengan preferensi ayahnya kepada kakak tirinya Mircea II dan Vlad Călugărul. Vlad juga tidak lagi mempercayai kerajaan Hungaria dan ayahnya sendiri yang menurutnya tega menukarkan dirinya dengan kesultanan Ottoman dan mulai mengkhianati sumpahnya pada Ordo Naga dengan melawan kepada kesultanan Ottoman.

Kembali ke Wallachia
Pada bulan Desember 1447, para bangsawan yang didukung oleh pejabat kerajaan Hungaria, Janos Hunyadi memberontak kepada Vlad Dracul, dan dibunuh di dekat Bălteni. Mircea, kakak tiri tertua Vlad menjadi buta dan dikubur hidup-hidup di Târgoviște, kemudian Vladislav II diangkat oleh Janos Hunyadi menggantikan Vlad II Dracula.

Untuk melindungi Wallachia dari kejatuhan kepada kerajaan Hongaria, kesultanan Ottoman menyerang Wallachia dan berusaha menempatkan Vlad III sebagai penguasa Wallachia pada tahun 1448.Namun hanya dalam hitungan bulan, Hunyadi menyerang kembali Wallachia dan menempatkan sekutunya Vladislav II, dari klan Dănești untuk naik takhta.

Vlad lalu pergi ke Moldavia dan mendapatkan perlindungan dari pamannya, Bogdan II. Pada tahun 1451, Bogdan dibunuh oleh Peter III Aaron,hal ini mengakibatkan Vlad pergi ke kerajaan Hongaria. Terkesan dengan pengalaman Vlad yang pernah berada di kesultanan Ottoman, Hunyadi kemudian mempersatukan kekuatannya dengan Vlad dan menjadikan Vlad sebagai penasihatnya.

Pada tahun 1453, tentara kesultanan Ottoman Mehmed II merebut Konstantinople setelah pengepungan selama tujuh minggu. Hal ini mengakibatkan berakhirnya kekuasaan Romawi Timur.
Pada tahun 1456, tiga tahun setelah penaklukan Konstantinopel, Ottoman merebut Hongaria dengan merebut Beograd. Hunyadi mulai terkonsentrasi dengan penyerangan di Serbia, sementara Vlad dan pengikutnya berangkat ke Wallachia, membebaskan tanah airnya dan membunuh Vladislav II dengan pertarungan satu lawan satu.

Masa pemerintahan

Hal pertama yang Dracula lakukan sebagai penguasa adalah melakukan reformasi dengan cara menyula (impale). Sula sendiri adalah metode pembunuhan dengan cara menusukkan tiang pancang sebesar lengan orang dewasa ke bagian dubur korbannya dan mendirikan pancang tersebut. Orang-orang pertama yang menjadi korbannya adalah para bangsawan di WallachiaSebelum kedatangan Dracula, para bangsawan itu adalah penguasa Wallachia.Penguasa takhta Wallachia hanyalah boneka belaka. Setelah pembunuhan para bangsawan serta keluarganya, Dracula membagikan tanah-tanah bangsawan kepada petani kecil yang setia padanya. Para bangsawan yang selamat segera melarikan diri atau bungkam setelah kejadian itu. Ia kemudian dikenal dengan nama Vlad Ţepeş atau Vlad Sang Penyula.

Semenjak itu ia memperketat semua peraturan di Wallachia untuk menjamin pemerintahannya. Ia memberlakukan hukuman berat bagi pelaku kejahatan, ini tentunya membuat Wallachia menjadi daerah yang aman karena orang-orang takut akan hukuman-hukuman berat tesebut.

Benteng Poenari

Dracula memusatkan semua pemerintahannya di Benteng Poenari. Benteng ini dibangun dari keringat para pangeran dan keluarganya yang ditawan pada hari Paskah. Hari itu semua dipaksa untuk mengerjakan pekerjaan kasar membangun kastil setelah diberi jamuan besar-besaran.Beberapa pangeran yang melawan ditangkap dan disula di tempat.

Benteng ini akhirnya dikepung oleh Radu yang menyerang atas perintah Sultan Mehmed Radu adalah panglima perang sekaligus anggota dari kesatuan Yanisari, orde yang dibentuk untuk menandingi Orde Naga (Dracul).

Malam sebelum penyerangan, seorang hamba Dracula yang dikirim bersamanya ke Turki dan saat itu melayani Radu, memanahkan pesan agar tuannya kabur. Istri Dracula yang menerimanya. Istrinya segera memberitahu agar Dracula segera melarikan diri. Dracula menolak dan bersikeras bertahan. Istrinya tidak mau menjadi tahanan perang maka ia melompat dari kamar tidurnya dan jatuh di anak Sungai Arges. Sekarang sungai itu diberi nama Sungai Permaisuri (Răul Doamnei). Ternyata diketahui setelahnya bahwa saat istrinya melompat bunuh diri, Dracula justru melarikan diri lewat lorong rahasia.

Masa Pengasingan

Dari benteng Poenari, Dracula melarikan diri ke arah barat menuju daerah Brasov. Ia segera menemui raja Hongaria yang baru yaitu Matthias Corvinus. Sesampainya disana ia bukannya dijamu malahan dijadikan tawanan. Ia ditempatkan sebagai tahanan di Istana Visegard. Disini kebiasaannya menyiksa binatang kecil kembali kambuh. Penjaga Istana Visegard enggan bertemu jika tidak mempunyai keperluan.

Untuk memuaskan keluarga kerajaan Dracula masuk agama Katolik. Ia pun dipindahkan ke vila di areal kerajaan. Disana ia bertemu Ilona Szilagy, seorang perempuan kemenakan Raja Matthias. Setelah resmi menikah ia mengabdi pada Raja Matthias selama Pada bulan Juli 1375 M ia kembali menyerang Wallachia dengan bantuan Pangeran Stephen Bathory dari Transilvania dan Pangeran Stephen The Great dari Moldavia, memasuki masa pemerintahan kedua. Saat itu pula Randu, saudaranya telah meninggal karena terkena penyakit syphilis. Pemerintahan di Wallachia dipegang oleh Basarab, seorang anggota dinasti Danesti.

Masa pemerintahan kedua
Masa pemerintahan kedua ini hanya berlangsung satu tahun karena setelah berhasil Stephen meninggalkan Dracula, mengurangi banyak dari total pasukan yang menggempur Wallachia. Ia banyak menghabiskan waktunya di Gereja Snagov. Sehari-hari ia hanya mengikuti misa dan berbincang dengan kepala biara. Ia pun sempat bertanya apakah dosanya dapat diampuni.Ia pun berpesan agar dikuburkan di gereja itu. Kali ini kekejamannya hampir hilang sama sekali. Ia hanya merenung dan memikirkan segala yang telah ia lakukan.

Kematian
Di saat kekuasaan Dracula mulai memudar, Perang Salib justru sedang berkobar. Sultan Mehmed II memimpin pasukan Turki Utsmaniyah menggempur Eropa Barat. Dracula ditugaskan untuk menyambut pasukan musuh. Kali ini Dracula meninggalkan Wallachia dengan menitipkan anak dan istrinya di Transilvania. Kepergiannya tidak mendapat dukungan rakyat]Rakyat seolah tak peduli ada peperangan di luar sana.

Ia pun memimpin pasukan yang terhitung kecil ke Danau Snagov yang akhirnya berhadapan dengan musuh. Pada bulan Desember tahun 1476 akhirnya ia meninggal dunia dalam perang itu.

Legenda Kematian Dracula
Dracula punya banyak musuh. Itulah yang mendasari sebuah legenda bahwa ia dibunuh oleh prajuritnya sendiri. Konon di antara prajurit-prajuritnya terdapat pembunuh bayaran dari lawan-lawan Dracula. Musuhnya pun mencari celah agar dapat membunuh Dracula di saat lengah.

Versi lain mengatakan bahwa ia dibunuh seorang prajurit Turki Utsmaniyah yang menyamar sebagai pelayan. Sultan Mehmed II telah membentuk unit khusus bernama Yanisari yang tujuan utamanya adalah membunuh Dracula. Pada saat menjelang kematiannya, salah seorang Yanisari berhasil menyusup dan membunuh Dracula di saat sedang istirahat.

Ia pun konon meninggal terbunuh oleh prajuritnya sendiri karena berpakaian seperti prajurit Turki Utsmaniyah. Padahal Dracula menyamar untuk memasuki pertahanan musuh.

Bagaimanapun terbunuhnya Dracula, semua mengarah pada satu akhir. Kepalanya dipenggal dan dibawa ke Konstantinopel sebagai bukti, lalu dibuang ke sungai Mayat Dracula yang tak berkepala akhirnya ditemukan di tepian Danau Snagov oleh biarawan Snagov. Mereka membawanya ke Gereja Snagov sesuai permintaannya.

Sang Vampir
Vlad III tak ayal identik dengan hasil karya literatur vampir berjudul Dracula oleh pengarang Irlandia, Bram Stoker. Banyak yang berspekulasi tentang mengapa Bram Stoker memilih nama Dracula sebagai peran antagonis di novelnya. Ada yang mengatakan bahwa itu semua adalah cara dunia barat mengaburkan kekejamannya kepada korban-korbannya. Pada sebuah penelian oleh Raymond McNally dan Radu Florescu dari Boston College di Massachusetts berjudul "In Search of Dracula" menyatakan bahwa Dracula didasarkan dari karakter kejam Vlad III. Tapi pada sebuah penelitian ilmiah terkini oleh Professor Elizabeth Miller dari Universitas Newfoundland di Kanada semua terjawab lewat catatan-catatan Bram Stoker.

Pada penelitian itu Professor Miller mengumpulkan semua catatan selama hidup Bram Stoker dan menemukan fakta bahwa Bram Stoker menemukan nama Dracula dari buku William Wilkerson berjudul An Account of the Principalities of Wallachia and Moldavia. Pada catatan itu ditemukan bahwa Bram Stoker meminjam buku itu dari Perpustakaan Whitby di Inggris Utara. Kontras dengan pandangan tentang pengaburan kekejamannya, Bram Stoker sama sekali tidak tahu-menahu tentang kekejaman Vlad III.

Dracula sendiri selama hidupnya tidak pernah meminum darah layaknya vampir. Bahkan musuh bebuyutannya Kesultanan Utsmaniyah pun tidak pernah menyebut Dracula sebagai makhluk penghisap darah tersebut.

Penelitian terakhir menyebutkan bahwa Vlad III menderita penyakit Porfiria, sehingga ia selalu menghindar dari sinar Matahari atau sinar Ultraviolet, serta memiliki kelainan pada kulitnya yang pucat. (Source:wikipedia)

6. Badlwin IV

Baldwin IV (1161 - 16 Maret 1185), disebut Leper, memerintah sebagai Raja Yerusalem dari 1174 sampai kematiannya. Ia adalah putra dari Amalric I dari Yerusalem dan istri pertamanya, Agnes dari Courtenay. Dia meninggal ditengah perang salib. Dia terkenal karena topengnya yang terbuat dari besi.

Kehidupan
Setelah Baldwin dilahirkan, tak lama kemudian takhta Yerusallem kosong. Dia harus menggantikan sang raja. Baldwin sendiri pada masa itu masih berpihak kepada Muslim. Dia berpihak kerana tak berdaya melawan.

Bermigrasinya wangsa Turki Seljuk ke semenanjung Anatolia, Rum, memicu Perang Salib. Pemerintah Konstantinopel melaporkan hal itu ke Paus Gregory, dan direspon sebagai perang oleh Paus Urban II, juga disetujui oleh Paus Adrianus IV.

Melihat datangnya Eropa ke Yerusallem membuat Baldwin bangkitkan Yerusallem dari Muslim.

Masa Muda
Baldwin menghabiskan masa mudanya di pengadilan ayahnya di Yerusalem, memiliki sedikit kontak dengan ibunya, Agnes dari Courtenay, Countess of Jaffa dan Ascalon, dan kemudian Lady Sidon, yang ayahnya telah dipaksa untuk bercerai. Baldwin IV dididik oleh sejarawan William dari Tirus (kemudian Uskup Agung Tirus dan Kanselir kerajaan), yang membuat penemuan yang mengganggu tentang pangeran: ia dan teman-temannya sedang bermain satu hari, mencoba untuk melukai satu sama lain dengan mengemudi kuku mereka ke pelukan masing-masing, tetapi Baldwin tidak merasakan sakit. William segera diakui ini sebagai tanda penyakit serius, tetapi itu tidak meyakinkan diidentifikasi sebagai kusta sampai beberapa tahun kemudian; masa pubertas dipercepat penyakitnya, dalam bentuk lepromatosa yang paling serius.

William dari Tirus menemukan gejala pertama Baldwin kusta (MS dari L'Estoire d'Eracles (terjemahan Perancis William dari Tirus Historia), dicat di Prancis, 1250. British Library, London.)

Ayah Baldwin meninggal pada tahun 1174 dan anak itu dinobatkan pada usia 13, pada tanggal 15 Juli tahun itu. Minoritas nya kerajaan diperintah oleh dua bupati berturut-turut, pertama Miles dari Plancy, meskipun tidak resmi, dan kemudian Raymond III dari Tripoli, sepupu ayahnya. Tahun 1175, Raymond III, raja bertindak Yerusalem, membuat perjanjian dengan Saladin.

Sebagai seorang kusta, Baldwin tidak diharapkan untuk memerintah panjang atau memiliki keturunan, dan istana dan bangsawan memposisikan diri untuk pengaruh atas ahli waris Baldwin, adiknya Sibylla dan saudara-saudara Isabella. Sibylla sedang dibesarkan oleh bibinya Ioveta di biara Bethany, sementara Isabella adalah di istana ibunya, ratu janda Maria Comnena, di Nablus.

Kabupaten Raymond berakhir pada ulang tahun kedua penobatan Baldwin: raja muda sekarang usia. Dia tidak meratifikasi perjanjian Raymond dengan Saladin, tetapi sebaliknya pergi merampok menuju Damaskus dan di sekitar Lembah Bekaa. Dia menunjuk pamannya ibu, Joscelin III, jumlah tituler Edessa, seneschal setelah ia dibebaskan. Joscelin adalah saudara laki-laki terdekatnya yang tidak memiliki klaim takhta, sehingga ia dinilai pendukung yang dapat diandalkan. Memang, ia membuktikan kesetiaannya

Dalam kapasitasnya sebagai bupati, Raymond dari Tripoli telah memulai negosiasi untuk pernikahan putri Sibylla William dari Montferrat, sepupu pertama Louis VII dari Perancis dan Frederick I, Kaisar Romawi Suci. William tiba pada awal Oktober dan menjadi Hitungan Jaffa dan Ascalon pada pernikahannya.

Pada 1174, di usia muda 13, Baldwin berhasil menyerang Damaskus untuk menarik Muslim Sultan Saladin jauh dari Aleppo. Pada 1176 ia memimpin laki-laki di depan dalam serangan serupa di Damaskus dan Andujar untuk mengusir serangan Muslim. [6] Baldwin juga berencana menyerang Saladin power-basis di Mesir. Dia mengirim Raynald of Châtillon (mantan pangeran Antiokhia melalui pernikahan untuk Amalric I sepupu Constance dari Antiokhia) ke Konstantinopel sebagai utusan ke Manuel I Comnenus, untuk mendapatkan dukungan angkatan laut Bizantium. Raynald baru saja dibebaskan dari penangkaran di Aleppo: Manuel membayar uang tebusan, karena ia adalah ayah tiri dari Ratu Maria dari Antiokhia. Manuel dicari pemulihan patriarkat Ortodoks di kerajaan, dan mengatur pernikahan Bohemond III dari Antiokhia ke nya besar-keponakan Theodora Comnena, adik dari Ratu-janda Maria. Reynald kembali di awal 1177, dan dihargai dengan menikah dengan Stephanie dari Milly, seorang ahli waris janda. Hal ini membuatnya penguasa Kerak dan Oultrejourdain. Baldwin mencoba untuk memastikan bahwa Reynald dan William dari Montferrat bekerjasama pada pertahanan dari Selatan. Namun, pada bulan Juni, William meninggal di Ascalon setelah sakit beberapa minggu, meninggalkan janda Sibylla hamil dengan masa depan Baldwin V.

Pada bulan Agustus sepupu raja, Philip dari Flanders, datang ke Yerusalem pada perang salib. Philip menuntut untuk menikah saudara Baldwin untuk pengikutnya. Philip, sebagai laki-laki yang paling dekat Baldwin kerabat di sisi ayah (dia adalah cucu Fulk dan dengan demikian Baldwin sepupu pertama; Raymond adalah keponakan Melisende dan sepupu demikian pertama ayah Baldwin), mengklaim otoritas menggantikan Kabupaten Raymond. The Haute Cour menolak untuk menyetujui ini, dengan Baldwin dari Ibelin menghina publik Philip. Tersinggung, Philip meninggalkan kerajaan, berkampanye bukan untuk kerajaan Antiokhia. Keluarga Ibelin yang pelanggan dari ratu janda Maria, dan adalah mungkin bahwa Baldwin dari Ibelin bertindak dengan cara ini dengan harapan menikahi salah satu saudara perempuan Baldwin sendiri.

Pada bulan November, Baldwin dan Raynald dari Châtillon mengalahkan Saladin dengan bantuan Ksatria Templar pada Pertempuran dirayakan Montgisard. Pada tahun yang sama, Baldwin memungkinkan ibu tirinya janda-queen menikah Balian dari Ibelin, langkah concilatory untuk keduanya, tetapi itu membawa risiko, mengingat ambisi Ibelins '. Dengan patronase Maria, yang Ibelins mencoba untuk memiliki putri Sibylla dan Isabella menikah dengan keluarga mereka juga.

Pada 1179, raja bertemu dengan beberapa kemunduran militer di utara. Pada tanggal 10 April, ia memimpin ternak-serangan di Banias, tetapi terkejut dengan keponakan Saladin Farrukh Shah. kuda Baldwin berlari, dan menyelamatkan dia, polisi banyak dihormati dari kerajaan Humphrey II dari Toron, terluka parah. Pada tanggal 10 Juni, dalam menanggapi kavaleri penggerebekan di dekat Sidon, Baldwin mengambil gaya, dengan Raymond dari Tripoli dan Grand Master Templar, Odo dari St Amand, untuk Marj Uyun. Mereka mengalahkan perampok fording Sungai Litani, tetapi tertangkap oleh kekuatan utama Shalahuddin. Raja (dapat remount telanjang) itu unhorsed, dan harus dilakukan di luar lapangan di belakang ksatria lain sebagai penjaga memotong jalan keluar. Menghitung Raymond melarikan diri ke Tirus, dan ayah tiri raja Reginald dari Sidon diselamatkan sejumlah buronan, namun para tahanan termasuk Grand Master, Baldwin dari Ibelin, dan Hugh dari Tiberias, salah Raymond dari stepsons Tripoli. Pada bulan Agustus, kastil yang belum selesai di Yakub Ford jatuh ke Saladin setelah pengepungan singkat, dengan pembantaian setengah garnisun Templar nya.

Baldwin dan Guy dari Lusignan
Pada musim panas 1180, Baldwin IV menikah Sibylla ke Guy dari Lusignan, saudara dari Amalric polisi dari Lusignan. sejarawan sebelumnya mengklaim bahwa pernikahan kedua Sibylla adalah sepenuhnya karena pengaruh ibu Raja; Namun, Hamilton berpendapat bahwa ini adalah untuk mencerminkan kritis keluhan pribadi William dari Tirus dan dari Ibelins. Sebuah rencana untuk menikah Sibylla ke Hugh III dari Burgundy telah rusak; Raymond dari Tripoli tampaknya telah mencoba untuk menikahinya ke Balian dari Ibelin untuk meningkatkan daya markasnya. Sebuah pertandingan asing sangat penting untuk kerajaan, membawa kemungkinan bantuan eksternal. Dengan raja Prancis yang baru Philip II minor, status Guy sebagai pengikut Raja sepupu Henry II dari Inggris - yang berutang Paus ziarah pertobatan - berguna dalam hal ini.

Baldwin juga bertunangan nya 8 tahun setengah-adik Isabella ke Humphrey IV dari Toron, membayar utang kehormatan kepada kakek Humphrey, yang telah memberikan hidupnya untuk dia di Banias, dan menghapus Isabella dari kontrol ibunya dan Ibelin faksi (bertunangan nya Raynald dari anak tiri Châtillon ini). Guy sebelumnya bersekutu dengan Raynald, yang sekarang mengambil keuntungan dari posisinya di Kerak untuk melecehkan kafilah perdagangan perjalanan antara Mesir dan Damaskus. Setelah Saladin membalas serangan tersebut dalam kampanye dan Pertempuran Belvoir Castle di 1182, Baldwin, sekarang buta dan tidak mampu berjalan, ditunjuk Guy Bupati kerajaan. Dengan Juni 1183 Namun, Saladin telah menangkap Aleppo dan menyelesaikan pengepungan Yerusalem pula.

Namun demikian, Baldwin telah menjadi tersinggung oleh tindakan Guy sebagai bupati. Guy menghadiri pesta pernikahan untuk Isabella (sekarang sekitar 11) dan Humphrey, yang diselenggarakan di Karak; Namun, perayaan terganggu oleh Saladin, yang mengepung benteng dengan tamu pernikahan dalam. Baldwin marshalled apa kekuatan dia dan mengangkat pengepungan, tetapi Guy menolak untuk melawan Saladin dan tentara Saladin berhasil melarikan diri. Baldwin tidak bisa mentolerir ini dan digulingkan Guy sebagai bupati. Dalam aib, Guy pensiun ke Ascalon, mengambil istrinya putri Sibylla dengan dia. Meskipun Baldwin hampir melampaui masa jayanya, kemenangan di Belvoir castle, Beirut dan di Kerak kastil, kampanye Saladin di Tanah Suci ditunda sampai sisa pemerintahan Baldwin.

Kerjaan bersama dengan Baldwin V, dan Kematian

Meskipun Baldwin tampaknya telah diadakan tidak sakit-akan menuju adiknya, Baldwin menunjuk keponakannya 5 tahun Baldwin dari Montferrat sebagai ahli warisnya dan penggantinya, dengan dukungan dari Agnes dan suaminya Reginald dari Sidon, Raymond, dan banyak dari baron lainnya, tidak termasuk Sibylla dari suksesi. Raymond adalah untuk bertindak sebagai wali dari pewaris bayi, dan kemudian sebagai bupati jika Baldwin IV adalah untuk berakhir, tetapi Baldwin IV sendiri akan terus memerintah. anak dinobatkan co-raja sebagai Baldwin V pada tanggal 20 November, 1183.

Pada bulan-bulan awal 1184 Baldwin berusaha untuk memiliki pernikahan antara Sibylla dan Guy dibatalkan. Ini berhasil digagalkan oleh mereka berpegang teguh pada Ascalon, Guy menolak untuk menghadiri persidangan pembatalan. Ekspedisi militer untuk meringankan Karak dan perjuangan dinasti telah melemah Baldwin jauh. Dia meninggal di Yerusalem pada musim semi 1185, beberapa bulan setelah kematian ibunya Agnes di Acre di akhir tahun 1184. Meskipun sering menderita efek kusta dan memerintah dengan pemerintah kabupaten, Baldwin mampu mempertahankan dirinya sebagai raja lebih lama dari dinyatakan mungkin telah diharapkan. Seperti telah memutuskan, Baldwin V berhasil pamannya, dengan Raymond dari Tripoli sebagai bupati.

Baldwin dalam Seni , fiksi dan Film
Ketiga belas dan ilustrasi manuskrip abad keempat belas dengan sejarah William dari Tirus dan Ernoul memberikan sedikit indikasi penyakit Baldwin. Ia tokoh dalam penggambaran Romantis dari pertempuran Montgisard oleh Charles-Philippe Lariviere di Salles des Croisades di Versailles. Karya ini, yang berasal dari c. 1842, menggambarkan dia sedang dibawa ke pertempuran di tandu, wajahnya menemukan dan unscarred, pedangnya di tangan kanannya. Bahkan, pada Pertempuran Montgisard, ia masih mampu melawan menunggang kuda, dan ia menggunakan pedangnya dengan tangan kirinya, karena tangan kanannya dan lengan telah pertama dipengaruhi oleh penyakitnya.

Baldwin muncul, dengan berbagai tingkat kesetiaan sejarah, di sejumlah novel. Ini termasuk Zofia Kossak-Szczucka ini Król trędowaty (The Leper King), Manuel Mujica Lainez ini fantasi El unicornio (The Wandering Unicorn), Cecelia Belanda Yerusalem, fantasi sejarah Judith Tarr ini Alamut dan Belati dan Salib, The Knights Dark Renown oleh Graham Shelby (1969), Nikos Kazantzakis ini Saint Francis dan The Crusader Raja oleh Susan Peek. Selain itu, penulis Texan serafia Cross sedang menulis sebuah seri novel fiksi sejarah berpusat di sekitar Baldwin, berjudul The Last King of Legends, dua buku pertama yang diterbitkan pada tahun 2011 dan 2012. Baldwin umumnya digambarkan sebagai karakter simpatik. Baldwin juga telah tampil dalam bandes dessinées: Serge Dalens L'Étoile de Pourpre ("The Purple Star") (juga diterbitkan sebagai Baudouin IV de Jérusalem) dan Michel Bom dan seri Sylvain de Rochefort Thierry Cayman ini. Karya Dalens ini awalnya digambarkan oleh Pierre Joubert, yang gambarnya dari Baldwin berhubungan dengan gambar-Nya sebagai teladan dalam gerakan Pramuka Perancis.

Sebuah versi fiksi dari Baldwin IV dimainkan oleh Edward Norton di tahun 2005 film Kingdom Of Heaven.

Dia tampaknya telah terinspirasi 'The Leper' dalam seri Darkest Dungeon, seperti dalam komik pengantar dia terbukti dipuja oleh banyak orang, dan dia sendiri diasingkan dirinya.

Topeng Baldwin IV
Baldwin membuat topeng yang terbuat dari logam besi baja. Memiliki ukiran halus dipermukaannya. Topeng ini dibuat untuk berperang. Topeng ini membuat kesan misterius dan magis.

Perselisihan Takhta Yerusallem
Perselisihan sempat terjadi, karena Baldwin wafat secara tiba-tiba. Semua memilih Baldwin V yang masih kecil. Namun ketika menjabat, Baldwin V wafat, menyusul Baldwin IV. Kemudian Guy dari Lusignan diangkat menjadi raja, yang kemudian mengomandoi perang penaklukan Yerusallem.
(Source:wikipedia)
Profil Tokoh Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Perang Salib - Lengkap