-->

Pengaruh Puasa Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja

Ramadhan merupakan bulan dilipatgandakannya amal perbuatan manusia. Bila dilihat dari konsep Islam untuk pekerjaan seorang muslim, maka dalam bulan Ramadhan justru akan makin tinggi produktivitas kerjanya. Firman Allah SWT.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangalah kamu membuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. (al-Qashash : 77).

Puasa adalah ibadah yang sarat hikmah. “…..dan bahwa kamu berpuasa itu lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui” (al-baqarah : 184). Ayat ini seolah ingin meyakinkan kepada orang mukmin bahwa puasa itu mengandung banyak hikmah bagi yang mengerjakannya.


Pada bagian ini kita mencoba bersama-sama mengupas tentang

Pengaruh puasa terhadap peningkatan kemampuan produktivitas kerja seorang muslim.


1.Puasa : metode pemantapan komitmen dan Amanah

Bila diajukan pertanyaan kepada kita : “Sampaikah Anda ke puncak prestasi yang Anda inginkan?” Dalam menjawab pertanyaan ini kita harus terlebih dahulu mengevaluasi derajat komitmen kita sendiri. Komitmen tidak lain adalah kesiapan melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dalam komitmen tersirat gambaran apa yang akan dilakukan dan tujuan yang akan dicapai. Komitmen tidak lain adalah NIAT. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya segala amal itu bergantung pada niat (komitmen)-nya”.

Komitmen menentukan bagaimana proses kerja dilakukan dan berpengaruh pada hasil kerja, seperti yang dilansir oleh kelanjutan sabda Raulullah diatas : ”maka barangsiapa yang berhijrah benar-benar karena Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan rasulNya, sedang barangsiapa yang hijrahnya untuk menuju suatu benda keduniaan yang hendak dicapainya atau seseorang wanita yang hendak dikawininya maka hijrahnya tertuju pada sesuatu yang ia berhijrah karenanya itu (tidak memperoleh pahala hijrah)”. (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah bersabda dalam hadits qudsi, Allah Swt berfirman, “Maka puasa itu untuk-KU, dan Aku sendiri yang akan membalasnya”. Ibadah lain masih dapat disaksikan orang lain, tetapi ibadah puasa tidak ada orang lain yang tahu kecuali dirinya sendiri dan Allah SWT.

Komitmen yang kuat akan berpengaruh pada konsistensi melakukan suatu pekerjaan. Ada atau tidak ada pujian orang lain, ia akan tetap melakukan suatu pekerjaan yang diamanahkan kepadanya. Komitmen yang kuat memberi pengaruh pada kemampuan merampungkan pekerjaan secara realistis meski sedikit demi sedikit. Rasulullah bersabda:”Wahai manusia lakukanlah suatu pekerjaan yang sanggup kamu lakukan dengan kemampuan kamu, karena Allah tidak bosan sampai kamu sendiri yang bosan dan sesungguhnya usaha-usaha yang paling dicintai Allah yaitu yang dikerjakan secara terus menerus walaupun sedikit” (HR Bukhari).

2. Puasa Mengembangkan Emotional Quation

“Puasa adalah separuh kesabaran”. demikian ditandaskan Rasulullah. Sabar adalah sikap tetap teguh pada komitmen (petunjuk Allah) meski berbagai ujian, kendala dan tantangan datang menghimpit dan mendera secara bertubi-tubi. “Sesungguhnya sikap golongan mukmin dikala didera berbagai musibah ia tetap bersikap :”sesungguhnya hanya kepada Allah dan hanya kepada petunjukNya sajalah kami merujuk atas segala persoalan”. (al-Baqarah: 156).

“Puasa adalah separuh kesabaran”. demikian ditandaskan Rasulullah. Sabar adalah sikap tetap teguh pada komitmen (petunjuk Allah) meski berbagai ujian, kendala dan tantangan datang menghimpit dan mendera secara bertubi-tubi. “Sesungguhnya sikap golongan mukmin dikala didera berbagai musibah ia tetap bersikap :”sesungguhnya hanya kepada Allah dan hanya kepada petunjukNya sajalah kami merujuk atas segala persoalan”. (al-Baqarah: 156).

Daniel Goleman, setelah menuntaskan penyelidikannya selama 10 tahun- mengumumkan kepada dunia –pada tahun 1990- perihal teorinya yang ia sebut sebagai Emotion Intelligence (EI atau EQ). Kecerdasan Emosi didefinisikan Goleman sebagai kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik dalam diri sendiri dan dalam hubungan dengan penyelesaian tugas dan terhadap orang lain.

“To live well, you need not only a high IQ but a high EQ”, ujar Claude Steiner. Realitas membuktikan banyak orang yang memiliki IQ tinggi tetapi menjadi anak buah dari CEO (Chief Executive Officer) yang IQ mencapai rata-rata kebanyakan orang, tetapi memiliki EQ yang tinggi.

Al-Qur’an dalam banyak ayat –tidak kurang dari 102 ayat- menegaskan perihal EQ itu dengan Istilah “Shabar” 13 abad sebelum Goleman mengumumkan teori EQ-nya. Bahkan Allah SWT memasukkan kesabaran itu dalam jajaran urusan yang harus diutamakan :”Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan” (Ali Imran (3): 186) Kesabaran dihubungkan dengan kesempitan, penderitaan dan peperangan dan berbagai ujian yang didalamnya meminta pengorbanan. “Sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu” (muhammad (47):31).

Di dalam sikap sabar ada 4C : Commitment, Consistence, Consiquences dan Countinuos”. Maka :

Orang sabar pantang mundur karena “Sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan. Sesusungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan” (al-Insyirah : 5-6)

Orang yang bersabar dijauhkan dari tipu daya musuh : “Jika kamu bersabar dan bertakwa niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu” (Ali Imran (3): 120).

Satu orang sabar setara dengan 10 musuh yang tangguh. Sabda Rasul “Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh”.

Rasulullah memuji orang-orang yang memiliki EQ yang tinggi : “Sesungguhnya menakjubkan orang mukmin itu, jika ditimpa ujian ia bersabar”.

Mereka yang bersabar akan mendapat reward dari Allah SWT : “Hanya orang-orang yang sabar itulah yang dipenuhi pahalanya tanpa hitungan” (az-Zumar : 10). “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-oramng yang berbuat kebaikan” (Huud: 115).

Baca  Semangat Kerja Dalam Pandangan Islam

3.Puasa : menjunjung dan menjalin kerjasama

Puasa adalah realitas persamaan itu sendiri. Shoimun menyadari dirinya bukanlah apa-apa, karena yang lebih baik diantara mereka bukanlah ukuran duniawi yang bersifak kontemporer melainkan bersifat hakiki (essential). Allah berfirman “Yang paling mulia disisi Allah adalah adalah yang paling bertaqwa diantara kamu” (al-hujarat: 13). Dengan persamaan derajat sosial siap dilakukan kerjasama. Dengan kerjasama dapat dilakukan sinergi. Dengan sinergi berbagai keunggulan hasil cemerlang dapat ciptakan.

Dunia “semakin” sempit tetapi ilmu semakin berkembang. Pekerjaan semakin variatif dan persaingan semakin sengit. Bekerjasama (‘amal jama’i) secara efektif selamanya mengalahkan kerja sendiri-sendiri.

4. Puasa Memantapkan Sikap Ihsan dan Istiqomah

Sikap ihsan adalah sikap ingin menyajikan yang terbaik bagi kehidupan. Allah SWT berfirman “Berbuatlah sebaik-baiknya sebagaimana Allah berbuat baik (sebaik-baiknya) kepadamu”. Sebagaimana, Ramadhan ini, setiap mukmin berharap ia dapat menyempurnakan seluruh puasa dan amal dan ibadah lainnya sehingga memiliki peluang mendapat “lailatul qadar”. Sikap ihsan merupakan sikap berupaya menyajikan yang terbaik bagi kehidupannya. Ihsan adalah ruh yang menggerakkan orang melakukan “service excellence”.

Melakukan yang terbaik harus menjadi budaya sebagai bukti bahwa kita setia pada komitmen dan tujuan. Sebagaimana seorang mukmin setia pada perintah Allah melaksanakan puasa di sepanjang bulan ramadhan tanpa ada niat sedikitpun untuk membatalkannya meskipun sangat mungin ia lakukan. Tetapi Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshoh atau sakit (hal itu merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus bahkan seandainya ia berpuasa sepanjang hidupnya” (HR. at-Turmudzi).

Setiap perjalanan menawarkan daya tarik tersendiri dan menyimpan misteri kebaikan dan rintangan tersendiri pula. Lihatlah kebelakang mengapa banyak orang terkapar ditengah jalan ? Ya, benar. Mereka sudah berada di jalan yang tepat tetapi mereka tergiur pada hal lain dan tidak setia pada komitmen awal dan tujuan yang hendak dicapainya.

5. Puasa Melatih Tawakal : Realistis dan Optimis

Salah satu karakteristik taqwa –yang menjadi tujuan puasa- adalah tawakal. “Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupi segala keperluannya” (ath-Thalaq:2-3).

Kecewa karena gagal adalah hal yang lumrah. Yang tidak lumrah adalah terus menerus berkubang dalam kekecewaan. Tawakal membasuh hati dengan air sejuk sehingga memungkinkan diri melakukan evaluasi serta menghimpun kekuatan untuk melakukan upaya selanjutnya.


“The real champion is not just winning the competition, but every one who can stand up for every failure”.

6. Puasa menumbuhkan jiwa selalu optimis 

Rasulullah bersabda: “Ada tiga kelompok manusia yang do’anya tidak ditolak Allah. Yang pertama, adalah do’a orang-orang yang berpuasa sehingga mereka berbuka” (HRAhmad dan Turmudzi).

Do’a adalah senandung asa pada Tuhan. Karl jaspers mengatakan : ”God is the only one who does not grow tired of listening to man”. Allah SWT berfirman : “Berdo’alah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu” (al-Mukmin: 60).

Lisan do’a bukanlah hakikat dari untaian do’a, karena do’a lebih merupakan bahasa jiwa yang disenandungkan oleh kalbu. Allah SWT berfirman :”Sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan hati dan rasa takut tanpa mengeraskan suara di waktu pagi dan petang. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” (al-A’raf (7): 205).

Source: Makalah Islam
Terimakasih kunjungannya sobat. Agar lebih bermanfaat, share artikel ini ya :)
Pengaruh Puasa Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja